Senin, 30 Juni 2014

RAJA AMPAT PULAU SURGA

Raja Ampat Pulau Surga Indonesia

Keindahan Alam Raja Ampat

Pulau Raja Ampat sering kali disebut sebagai pulau surga indonesia karena keindahan alamnya terutama alam bawah lautnya yang sangat menarik untuk snorkling dan diving di pulau ini.

Asal mula nama Raja Ampat menurut mitos masyarakat setempat berasal dari seorang wanita yang menemukan tujuh telur. Empat butir di antaranya menetas menjadi empat orang pangeran yang berpisah dan masing-masing menjadi raja yang berkuasa di Waigeo, Salawati, Misool Timur dan Misool Barat. Sementara itu, tiga butir telur lainnya menjadi hantu, seorang wanita, dan sebuah batu.
Dalam perjalanan sejarah, wilayah Raja Ampat telah lama dihuni oleh masyarakat bangsawan dan menerapkan sistem adat Maluku. Dalam sistem ini, masyarakat sekumpulan manusia. Tiap desa dipimpin oleh seorang raja. Semenjak berdirinya lima kesultanan muslim di Maluku, Raja Ampat menjadi bagian klaim dari Kesultanan Tidore. Setelah Kesultanan Tidore takluk dari Belanda, Kepulauan Raja Ampat menjadi bagian klaim Hindia-Belanda.

Pulau Raja Ampat merupakan fenomena alam yang menawan dengan keanekaragaman hayati yang melimpah. Ada 1.320 spesies ikan di Raja Ampat; 75% seluruh spesies karang yang ada di dunia; 10 kali lipat jumlah spesies karang yang ditemukan di seluruh Karibia; terdapat 600 spesies karang yang tercatat; 5 spesies penyu laut langka; 57 spesies udang mantis; 13 spesies mamalia laut; dan 27 spesies ikan.


Kepulauan Raja Ampat memiliki potensi wisata alam yang sangat luar biasa. Tempat wisata di Papua Barat ini sangat terkenal dengan wisata bawah lautnya yang merupakan salah satu tempat menyelam terbaik di dunia karena kelengkapan dan keragaman flora dan fauna bawah lautnya. Berdasarkan hasil penelitian, Kepulauan Raja Ampat mempunyai 75% dari seluruh spesies karang di dunia. Tidak ada tempat lain di dunia yang mempunyai jumlah spesies karang sebanyak itu dalam 1 lokasi yang terbilang kecil. Dengan banyaknya spesies karang di Kepulauan Raja Ampat, secara otomatis juga terdapat banyak spesies ikan karang. Selain itu anda juga dapat bertemu dengan ikan pari manta, ikan duyung, kuda laut, ikan barkuda, hiu karang, penyu, tuna, dan lain-lain. Sisa-sisa perang dunia kedua juga dapat anda temui di perairan Kepulauan Raja Ampat, misalnya bangkai pesawat perang di dekat Pulau Wai.
                                                                
Keindahan alam bawah laut.

 
Umumnya, wisatawan yang datang berkunjung ke Kepulauan Raja Ampat adalah penyelam yang kebanyakan berasal dari luar Indonesia. Selain wisata menyelam, bagi yang tidak bisa menyelam juga dapat menikmati pantai yang indah, wisata budaya, melihat peninggalan prasejarah berupa cap tangan, melihat festival bahari (biasanya pada bulan Agustus), menikmati panorama alam, menikmati suasana pedesaan, wisata kuliner, melihat burung cenderawasih, mendaki bukit karang, dan lain-lain.

Anda akan dihadapi dengan 2 pilihan pada saat ingin menikmati wisata alam Kepulauan Raja Ampat. Pilihan tersebut adalah pilihan untuk tinggal di sebuah resort, atau tinggal di sebuah kapal pinisi yang sudah dimodifikasi. Kalau saran saya sih lebih baik memilih untuk menggunakan kapal pinisi, karena sudah sangat biasa tinggal di resort, sedangkan tinggal selama beberapa hari di atas sebuah kapal khas Indonesia akan menjadi pengalaman yang unik. Untuk dapat menikmati wisata Raja Ampat selama 1 minggu dengan menggunakan kapal pinisi, anda harus membayar lebih dari 100 juta Rupiah, dan kapal tersebut dapat menampung sampai dengan 14 orang.
Wisatawan Mengunjungi Raja Ampat



Apabila anda ingin berwisata ke Kepulauan Raja Ampat, tidak cukup hanya dengan modal nekat saja seperti yang sering dilakukan para backpacker. Berwisata ke tempat wisata yang dijuluki surga bawah laut ini membutuhkan keinginan kuat, jiwa petualang, kegemaran akan menyelam, dan modal yang lumayan besar. Bila anda berharap harga berwisata ke Kepulauan Raja Ampat akan turun dalam waktu dekat, sebaiknya buang jauh-jauh harapan anda karena sudah ada peraturan yang membatasi jumlah resort dan kapal. Hal ini bertujuan untuk menjaga kondisi alam Kepulauan Raja Ampat yang tiada duanya di dunia. Harga yang mahal tersebut juga berfungsi untuk menyaring pengunjung, sehingga hanya pengunjung yang berkualitas dan berpendidikan saja yang datang, dengan begitu mereka akan sadar betapa pentingnya lokasi ini sebagai salah satu pusat flora dan fauna yang terlengkap di dunia. Semoga para wisatawan memilih Raja Ampat menjadi pilihan tempat berwisata favoritnya.

Minggu, 29 Juni 2014

MAMBALAN DESA PENUH SEJARAH

Makam "LALU GEDE" berada di Desa Mambalan

Wisatawan asing mengunjungi Desa Mambalan Lombok Barat

Desa Mambalan adalah salah salah satu tempat objek wisatawan baik lokal maupun wisatawan asing. Desa ini adalah desa dimana saya dilahirkan. Desa Mambalan sangat terkenal dengan pemandangan alamnya yang begitu hijau dan masih alami. Di desa ini juga terdapat salah satu tempat wisata sejarah yang berada di wilayah Lombok.

Di Desa Mambalan terdapat sebuah makam wali Allah yang terkenal ramai di ziarahi orang banyak, pemilik makam bernama “Lalu Gede” dalam bahasa sasaknya. Beliau berdakwah, mengajar mengaji di desa Mambalan dan sekitarnya. Sewaktu Lombok masih dijajah oleh pemerintahan Gusti Anak Agung Bali.

Makam Lalu Gede berada di Desa mambalan
Sebutan Lalu Gede berawal saat beliau dihukum gantung oleh anak Agung Gebe Ngurah Karang Asem ( Raja Mataram ) Istri anak Agung Gede Ngurah Karang Asem yang bernama Dende Aminah ( Dende Nawangsasih ) yang begitu besar pengaruhnya terhadap suaminya meminta agar beliau dibebaskan dengan alasan bahwa beliau bukan orang sembarangan tetapi orang gede (besar).


Sebutan Batu riti dilatarbelakangi oleh terjadinya perdebatan dan perselisihan dengan beberapa masyarakat sekitar mengenai tempat pemakaman beliau, ada yang minta di Sayang-sayang, Penimbung, Ranjok, Kekeri dan lain-lain.  Akan tetapi seorang Kepala Desa Mambalan pertama bernama Datu Cempa dengan tegas mengatakan bahwa beliau ( Lalu Gede ) adalah baturite, yangb artinya rang sini dan harus dimakamkan disini pula. Nama asli tempat pemakaman beliau ini adalah memelak artinya ujung ldah gunung, karena perbukitan ditempat pemakaman itu berada, adalah merupakan ujung dari gunung Rinjani.




Lalu Gede memang merupakan wali Allah yang berpangkat tinggi, yang memiliki kekeramatan tinggi. Beliau secara lahiriah bergaul seperti adanya manusia biasa. Beliau membuat layangan dan layangan kapal. Semuanya ada maknanya. Bagi orang yang makrifat/waskita itu dimaknai bahwa kelak akan banyak pesawat terbang. Lalu Gede juga memelihara ayam jago dalam kurungannya, ayam yang siap diadu, semuanya berderet rapi di halaman rumahnya. Hal tersebut bertujuan untuk mengelabuhi petugas kerajaan Bali agar mereka mengira tempat itu adalah tempat perkumpulan orang yang gemar sabung ayam. Jadi mereka tidak mengira bahwa tempat tersebut tempat orang mengaji agama yang mengorganisir orang yang ingin memberontak terhadap kerajaan Bali. Akhirnya Lalu Gede tetap aman mengajar ngaji dan berkumpul membahas wacana keagamaan. Begitulah cara Lalu Gede menyembunyikan diri, menyamarkan diri karena tidak berani membuka rahasia Allah, kecuali rahasia rahasia yang ada izin Allah untuk dibuka atau diceritakan. 

Semoga Desa Mambalan menjadi salah satu pilihan tempat wisata yang anda kunjungi untuk menikmati alam yang hijau dan penuh dengan sejarah.

Minggu, 22 Juni 2014

Desa Sade Asli suku Sasak




Desa Sade Lombok Tengah NTB


Dusun Sade merupakan salah satu dusun tradisional yang masih bertahan diantara ratusan dusun tradisional yang ada di Indonesia dan merupakan kekayaan budaya negara kita. Semoga tetap bertahan di tengah derasnya arus modern.

Sade adalah salah satu dusun di desa Rembitan, Pujut, Lombok Tengah. Dusun ini dikenal sebagai dusun yang mempertahankan adat suku Sasak. Suku Sasak Sade sudah terkenal di telinga wisatawan yang datang ke Lombok. Ya, Dinas Pariwisata setempat memang menjadikan Sade sebagai desa wisata. Ini karena keunikan Desa Sade dan suku Sasak yang jadi penghuninya.
Sebagai desa wisata, Sade punya keunikan tersendiri. Meski terletak persis di samping jalan raya aspal nan mulus, penduduk Desa Sade di Rembitan, Lombok Tengah masih berpegang teguh menjaga keaslian desa.
Bisa dibilang, Sade adalah cerminan suku asli Sasak Lombok. Yah, walaupun listrik dan program Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dari pemerintah sudah masuk ke sana, Desa Sade masih menyuguhkan suasana perkampungan asli pribumi Lombok.
 
Rumah adat Desa Sade
Hal itu bisa dilihat dari bangunan rumah yang terkesan sangat tradisional. Atapnya dari ijuk, kuda-kuda atapnya memakai bambu tanpa paku, tembok dari anyaman bambu, dan langsung beralaskan tanah.
Orang Sasak Sade menamakan bangunan itu 'bale'. Pemandu lokal kami yang bernama Bapak Mesah berkata ada delapan bale yaitu Bale Tani, Jajar Sekenam, Bonter, Beleq, Berugag, Tajuk dan Bencingah. Bale-bale itu dibedakan berdasarkan fungsinya. Ada 150 Kepala Keluarga (KK) di Sade. Dulu, penduduknya banyak yang menganut Islam Wektu Telu (hanya tiga kali sholat dalam sehari).
“Tapi sekarang, banyak penduduk Sade sudah meninggalkan Wektu Telu dan memeluk Islam sepenuhnya,” kata Bapak Mesah.

Uniknya, warga desa punya kebiasaan khas yaitu mengepel lantai menggunakan kotoran kerbau. Jaman dahulu ketika belum ada plester semen, orang Sasak Sade mengoleskan kotoran kerbau di alas rumah. “Sekarang sebagian dari kami sudah bikin plester semen dulu, baru kemudian kami olesi kotoran kerbau,” kata ibu penjual suvenir yang saya tanyai.

Dusun Sade terletak di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat, berjarak kurang lebih 30 kilometer dari kota Mataram. Untuk menemukan dusun ini tidak lah sulit karena berada tepat di tepi jalan raya Praya - Kuta pada bagian luar dusun terdapat papan nama besar bertulisan dusun Sade.
Dusun Sade merupakan salah satu perkampungan suku sasak yang merupakan suku asli masyarakat Lombok, bangunan di dusun Sade ini masih sangat tradisional setiap bangunan terbuat dari kayu dan bilik bambu pada dindingnya serta beratapkan ijuk jerami.

Aktifitas menenun masyarakat Desa Sade 


Pada bagian luar rumah tepatnya di depan rumah terdapat bagunan lumbung padi yang bentuknya sangat khas, pada bagian bawah lumbung terdapat bale-bale tempat penduduk berinteraksi sekaligus menjaga lumbung. Jalan penghubung antara rumah masih terbuat dari tanah tetapi ada beberapa bagian jalan yang sudah dibuat dengan semen dan ubin.

Mata pencarian penduduk adalah bertani sementara para wanitanya bertenun membuat kain sendiri dengan motif khas cicak, hasil tenun di pasarkan pada art shop dan juga di sekitar rumah dengan harga bervariasi tergantung ukuran dan tingkat kerumitan proses pembuatan kain tenun.

Selama di dalam dusun ini sangat terasa kenyamanan dan kedamaian lingkungan, kenyamanan yang sangat sulit didapat di kota besar, walaupun dusun Sade berada di tempat keramaian tepi jalan raya sungguh terasa sekali petualangan saat berada di dalamnya.

Selamat berkunjung ke Desa Sade, semoga menjadi salah satu pilihan tempat berlibur anda.


Senin, 16 Juni 2014

SUKU BADUY BANTEN

SUKU "BADUY" TERMASUK SUKU YANG MASIH PRIMITIVE DI INDONESIA 

Suku Baduy termasuk suku yang masih primitive dengan banyak sekali peraturan yang mereka harus taati dari sesepuh atau leluhur nenk moyang mereka.

Sebutan "Baduy" merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah\(nomaden). Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka seperti Urang Cibeo (Garna, 1993).

Kegiatan suku "Baduy"
Bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Sunda dialek Sunda–Banten.Untuk berkomunikasi dengan penduduk luar mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun mereka tidak mendapatkan pengetahuan tersebut dari sekolah. Orang Kanekes Dalam tidak mengenal budaya tulis, sehingga adat-istiadat, kepercayaan/agama, dan cerita nenek moyang hanya tersimpan di dalam tuturan lisan saja.
Orang Kanekes tidak mengenal sekolah, karena pendidikan formal berlawanan dengan adat-istiadat mereka. Mereka menolak usulan pemerintah untuk membangun fasilitas sekolah di desa-desa mereka. Bahkan hingga hari ini, walaupun sejak era Suharto pemerintah telah berusaha memaksa mereka untuk mengubah cara hidup mereka dan membangun fasilitas sekolah modern di wilayah mereka, orang Kanekes masih menolak usaha pemerintah tersebut. Akibatnya, mayoritas orang Kanekes tidak dapat membaca atau menulis.
Orang Kanekes memiliki hubungan sejarah dengan orang Sunda. Penampilan fisik dan bahasa mereka mirip dengan orang-orang Sunda pada umumnya. Satu-satunya perbedaan adalah kepercayaan dan cara hidup mereka. Orang Kanekes menutup diri dari pengaruh dunia luar dan secara ketat menjaga cara hidup mereka yang tradisional, sedangkan orang Sunda lebih terbuka kepada pengaruh asing dan mayoritas memeluk Islam.

Kekeluargaan suku "Baduy"
Masyarakat Kanekes secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu tangtu, panamping, dan dangka (Permana, 2001).
Kelompok tangtu adalah kelompok yang dikenal sebagai Kanekes Dalam (Baduy Dalam), yang paling ketat mengikuti adat, yaitu warga yang tinggal di tiga kampung: Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik. Ciri khas Orang Kanekes Dalam adalah pakaiannya berwarna putih alami dan biru tua serta memakai ikat kepala putih. Mereka dilarang secara adat untuk bertemu dengan orang asing.
Kanekes Dalam adalah bagian dari keseluruhan orang Kanekes. Tidak seperti Kanekes Luar, warga Kanekes Dalam masih memegang teguh adat-istiadat nenek moyang mereka.
Sebagian peraturan yang dianut oleh suku Kanekes Dalam antara lain:
  • Tidak diperkenankan menggunakan kendaraan untuk sarana transportasi
  • Tidak diperkenankan menggunakan alas kaki
  • Pintu rumah harus menghadap ke utara/selatan (kecuali rumah sang Pu'un atau ketua adat)
  • Larangan menggunakan alat elektronik (teknologi)
  • Menggunakan kain berwarna hitam/putih sebagai pakaian yang ditenun dan dijahit sendiri serta tidak diperbolehkan menggunakan pakaian modern. Kelompok masyarakat kedua yang disebut panamping adalah mereka yang dikenal sebagai Kanekes Luar (Baduy Luar), yang tinggal di berbagai kampung yang tersebar mengelilingi wilayah Kanekes Dalam, seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain sebagainya. Masyarakat Kanekes Luar berciri khas mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna hitam.
Kanekes Luar merupakan orang-orang yang telah keluar dari adat dan wilayah Kanekes Dalam. Ada beberapa hal yang menyebabkan dikeluarkannya warga Kanekes Dalam ke Kanekes Luar:
  • Mereka telah melanggar adat masyarakat Kanekes Dalam.
  • Berkeinginan untuk keluar dari Kanekes Dalam
  • Menikah dengan anggota Kanekes Luar
Ciri-ciri masyarakat orang Kanekes Luar
  • Mereka telah mengenal teknologi, seperti peralatan elektronik.
  • Proses pembangunan rumah penduduk Kanekes Luar telah menggunakan alat-alat bantu, seperti gergaji, palu, paku, dll, yang sebelumnya dilarang oleh adat Kanekes Dalam.
  • Menggunakan pakaian adat dengan warna hitam atau biru tua (untuk laki-laki), yang menandakan bahwa mereka tidak suci. Kadang menggunakan pakaian modern seperti kaos oblong dan celana jeans.
  • Menggunakan peralatan rumah tangga modern, seperti kasur, bantal, piring & gelas kaca & plastik.
  • Mereka tinggal di luar wilayah Kanekes Dalam.
  • Sebagian di antara mereka telah terpengaruh dan berpindah agama menjadi seorang muslim dalam jumlah cukup signifikan.
Apabila Kanekes Dalam dan Kanekes Luar tinggal di wilayah Kanekes, maka "Kanekes Dangka" tinggal di luar wilayah Kanekes, dan pada saat ini tinggal 2 kampung yang tersisa, yaitu Padawaras (Cibengkung) dan Sirahdayeuh (Cihandam). Kampung Dangka tersebut berfungsi sebagai semacam buffer zone atas pengaruh dari luar (Permana, 2001).
Kepercayaan masyarakat Kanekes yang disebut sebagai Sunda Wiwitan berakar pada pemujaan kepada arwah nenek moyang (animisme) yang pada perkembangan selanjutnya juga dipengaruhi oleh agama Buddha, Hindu. Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari orang Kanekes (Garna, 1993). Isi terpenting dari 'pikukuh' (kepatuhan) Kanekes tersebut adalah konsep "tanpa perubahan apa pun", atau perubahan sesedikit mungkin:
Lojor heunteu beunang dipotong, pèndèk heunteu beunang disambung.
(Panjang tidak bisa/tidak boleh dipotong, pendek tidak bisa/tidak boleh disambung)
Tabu tersebut dalam kehidupan sehari-hari diinterpretasikan secara harafiah. Di bidang pertanian, bentuk pikukuh tersebut adalah dengan tidak mengubah kontur lahan bagi ladang, sehingga cara berladangnya sangat sederhana, tidak mengolah lahan dengan bajak, tidak membuat terasering, hanya menanam dengan tugal, yaitu sepotong bambu yang diruncingkan. Pada pembangunan rumah juga kontur permukaan tanah dibiarkan apa adanya, sehingga tiang penyangga rumah Kanekes seringkali tidak sama panjang. Perkataan dan tindakan mereka pun jujur, polos, tanpa basa-basi, bahkan dalam berdagang mereka tidak melakukan tawar-menawar.
Objek kepercayaan terpenting bagi masyarakat Kanekes adalah Arca Domas, yang lokasinya dirahasiakan dan dianggap paling sakral. Orang Kanekes mengunjungi lokasi tersebut untuk melakukan pemujaan setahun sekali pada bulan Kalima, yang pada tahun 2003 bertepatan dengan bulan Juli. Hanya Pu'un atau ketua adat tertinggi dan beberapa anggota masyarakat terpilih saja yang mengikuti rombongan pemujaan tersebut. Di kompleks Arca Domas tersebut terdapat batu lumpang yang menyimpan air hujan. Apabila pada saat pemujaan ditemukan batu lumpang tersebut ada dalam keadaan penuh air yang jernih, maka bagi masyarakat Kanekes itu merupakan pertanda bahwa hujan pada tahun tersebut akan banyak turun, dan panen akan berhasil baik. Sebaliknya, apabila batu lumpang kering atau berair keruh, maka merupakan pertanda kegagalan panen (Permana, 2003a).
Anak-anak suku "Baduy"
Bagi sebagian kalangan, berkaitan dengan keteguhan masyarakatnya, kepercayaan yang dianut masyarakat adat Kanekes ini mencerminkan kepercayaan keagamaan masyarakat Sunda secara umum sebelum masuknya Islam.
Sebagaimana yang telah terjadi selama ratusan tahun, maka mata pencaharian utama masyarakat Kanekes adalah bertani padi huma. Selain itu mereka juga mendapatkan penghasilan tambahan dari menjual buah-buahan yang mereka dapatkan di hutan seperti durian dan asam keranji, serta madu hutan.
Masyarakat Kanekes yang sampai sekarang ini ketat mengikuti adat-istiadat bukan merupakan masyarakat terasing, terpencil, ataupun masyarakat yang terisolasi dari perkembangan dunia luar. Berdirinya Kesultanan Banten yang secara otomatis memasukkan Kanekes ke dalam wilayah kekuasaannya pun tidak lepas dari kesadaran mereka. Sebagai tanda kepatuhan/pengakuan kepada penguasa, masyarakat Kanekes secara rutin melaksanakan seba ke Kesultanan Banten (Garna, 1993). Sampai sekarang, upacara seba tersebut terus dilangsungkan setahun sekali, berupa menghantar hasil bumi (padi, palawija, buah-buahan) kepada Gubernur Banten (sebelumnya ke Gubernur Jawa Barat), melalui bupati Kabupaten Lebak. Di bidang pertanian, penduduk Kanekes Luar berinteraksi erat dengan masyarakat luar, misalnya dalam sewa-menyewa tanah, dan tenaga buruh.
Perdagangan yang pada waktu yang lampau dilakukan secara barter, sekarang ini telah mempergunakan mata uang rupiah biasa. Orang Kanekes menjual hasil buah-buahan, madu, dan gula kawung/aren melalui para tengkulak. Mereka juga membeli kebutuhan hidup yang tidak diproduksi sendiri di pasar. Pasar bagi orang Kanekes terletak di luar wilayah Kanekes seperti pasar Kroya, Cibengkung, dan Ciboleger.
Rumah adat suku "Baduy"
Pada saat ini orang luar yang mengunjungi wilayah Kanekes semakin meningkat sampai dengan ratusan orang per kali kunjungan, biasanya merupakan remaja dari sekolah, mahasiswa, dan juga para pengunjung dewasa lainnya. Mereka menerima para pengunjung tersebut, bahkan untuk menginap satu malam, dengan ketentuan bahwa pengunjung menuruti adat-istiadat yang berlaku di sana. Aturan adat tersebut antara lain tidak boleh berfoto di wilayah Kanekes Dalam, tidak menggunakan sabun atau odol di sungai. Namun demikian, wilayah Kanekes tetap terlarang bagi orang asing (non-WNI). Beberapa wartawan asing yang mencoba masuk sampai sekarang selalu ditolak masuk.
Pada saat pekerjaan di ladang tidak terlalu banyak, orang Kanekes juga senang berkelana ke kota besar sekitar wilayah mereka dengan syarat harus berjalan kaki. Pada umumnya mereka pergi dalam rombongan kecil yang terdiri dari 3 sampai 5 orang, berkunjung ke rumah kenalan yang pernah datang ke Kanekes sambil menjual madu dan hasil kerajinan tangan. Dalam kunjungan tersebut biasanya mereka mendapatkan tambahan uang untuk mencukupi kebutuhan hidup.


Gili Trawangan Lombok

Gili Trawangan Lombok "Pulau Impian Para Wisatawan"

Panorama alam Gili Terawangan Lombok NTB

Gili Trawangan Lombok Menjadi Tempat Wisata Favorit Wisatawan Mancanegara.

Gili Trawangan adalah yang terbesar dari ketiga pulau kecil atau gili yang terdapat di sebelah barat laut Lombok. Trawangan juga satu-satunya gili yang ketinggiannya di atas permukaan laut cukup signifikan. Dengan panjang 3 km dan lebar 2 km, Trawangan berpopulasi sekitar 800 jiwa. Di antara ketiga gili tersebut, Trawangan memiliki fasilitas untuk wisatawan yang paling beragam; kedai "Tîr na Nôg" mengklaim bahwa Trawangan adalah pulau terkecil di dunia yang ada bar Irlandia-nya. Bagian paling padat penduduk adalah sebelah timur pulau ini.

Trawangan punya nuansa "pesta" lebih daripada Gili Meno dan Gili Air, karena banyaknya pesta sepanjang malam yang setiap malamnya dirotasi acaranya oleh beberapa tempat keramaian. Aktivitas yang populer dilakukan para wisatawan di Trawangan adalah scuba diving (dengan sertifikasi PADI), snorkeling (di pantai sebelah timur laut), bermain kayak, dan berselancar. Ada juga beberapa tempat bagi para wisatawan belajar berkuda mengelilingi pulau.


Di Gili Trawangan (begitu juga di dua gili yang lain), tidak terdapat kendaraan bermotor, karena tidak diizinkan oleh aturan lokal. Sarana transportasi yang lazim adalah sepeda (disewakan oleh masyarakat setempat untuk para wisatawan) dan cidomo, kereta kuda sederhana yang umum dijumpai di Lombok. Untuk bepergian ke dan dari ketiga gili itu, penduduk biasanya menggunakan kapal bermotor dan speedboat.
 
Cidomo alat transportasi di Gili Trawangan.


Fire Dance yang biasanya menjadi tontonan di malam hari.


Hiburan malam Gili Trawangan.



Sunset Gili Trawangan.


Kelebihan Gili Trawangan dibandingkan dengan pantai lain adalah kita dapat menikmati sunset dan juga sunrise sekaligus di pantai ini! Hal ini terjadi karena Gili Trawangan memiliki pantai yang menghadap timur dan menghadap barat, dan jaraknya tidak terlalu jauh. Sehingga baik sunrise maupun sunset dapat kita nikmati di pantai ini.
Semoga Gili Trawangan Lombok menjadi tempat wisata salah satun yang anda kunjungi. Berwisata disini membuat liburan kita menjadi indah dan tak akan terlupakan.

Minggu, 15 Juni 2014

Kelapa Muda Bakar Indonesia

Kelapa Muda Bakar Indonesia
Kelapa muda dibakar diatas api dari kayu

Minuman sehat trend masa kini

Saat ini, kelapa muda bakar sedang trend dikalangan masyarakat. Air kelapa muda serta dagingnya pada umumnya di kreasikan untuk mendapatkan minuman yang nikmat. 

Seperti di campur dengan markisa, longan, dan lainnya.Selain rasanya nikmat, kelapa muda bakar juga memiliki khasiat lain, seperti meningkatkan daya tahan tubuh, menghilangkan masuk angin, dan dapat meluruhkan kencing batu serta batu ginjal. Konon, kelapa muda bakar ini dapat menghilangkan  asam urat, kolesterol, darah tinggi, kencing batu, ginjal hingga menghancurkan lemak.

Seperti namanya, kelapa bakar merupakan buah kelapa hijau muda yang dibakar minimal tiga jam sampai air dalam buah kelapa mendidih. kemudian dicampurkan dengan tambahan bahan berupa rempah seperti jahe, kayu manis, kapulaga cengkeh, kedaung, daun pandan, sereh, telur bebek dan madu. Rempah-rempah ini digodok hingga matang hingga mendapatkan sari-sarinya yang berkhasiat.
Kelapa bakar ini dapat dinikmati panas-panas atau didinginkan dengan campuran es batu. Rasanya? Air kelapa muda yang manis berpadu padan dengan aroma rempah-rempah. Rasa hangat begitu terasa dalam tenggrokkan. Tak hanya itu, keringat pun mengalir deras usai menenggak habis kelapa bakar. Daging kelapa mudanya juga punya rasa berbeda walau tidak senikmat daging kelapa muda biasa.
Untuk menikmati sajian kelapa bakar memang tidak ada aturan baku. Minuman kesehatan ini juga tidak mengenal batasan usia untuk mengkonsumsinya. Selama dalam konsumsi batas wajar, kelapa bakar minimal mampu menjaga kebugaran tubuh.
Meski begitu, minuman berkhasiat ini jarang sekali ditemukan di Jakarta. Selain membutuhkan waktu lama untuk menggodoknya, kelapa bakar kalah tenar dengan sajian es kelapa muda.
Untuk membuat kelapa muda bakar ini dibutuhkan beberapa bahan utama, seperti :

Kelapa muda bakar siap saji
  • 2 sdm madu
  • 1 buah kelapa
  • 1 butir telur ayam kampung
  • 3 sdm sirup gula
  • 2 sdm ramuan (jahe merah, ginseng, gula aren, kayu manis bisa ditambah campuran lain utk menambah khasiat)
  • susu kental manis secukupnya
 Cara Membuat Kelapa Muda Bakar:
  1. Bakar kelapa muda dalam tungku khusus kurang lebih selama 4 jam.
  2. Kupas bagian atas kelapa muda dan beri madu, sirup gula, ramuan, susu kental manis dan telur, aduk hingga tercampur rata.
  3. Sajikan masih dalam batok kelapa setelah hangat 
Selamat mencoba tips membuat Kelapa Muda Bakar Indonesia ini, semoga bermanfaat untuk kesehatan dan menjadi minuman sehat anda.

Senin, 09 Juni 2014

Pantai Berpasir " PINK "

PANTAI BERPASIR PINK INI BERADA DI DAERAH LOMBOK NTB

Wisatawan pengunjung "Pantai Pink" Lombok

Pulau Lombok di Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu ikon pariwisata di Indonesia yang namanya mulai dikenal para wisatawan dalam dan luar negeri. Hampir semua pantai di Pulau Lombok selalu memikat para wisatawan.

Salah satu pantai yang tidak kalah menarik adalah Pantai Pink. Pantai ini terletak di Desa Sekaroh, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur. Untuk mencapai Pantai Pink dapat ditempuh sekitar dua jam dari Kota Mataram, Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat.

 Pantai yang sebenarnya bernama Pantai Tangsi ini disebut sebagai Pantai Pink karena warna pasirnya yang didominasi oleh warna pink dan memiliki panorama alam yang sangat mengesankan dan keindahan alam yang begitu menakjubkan.

Pada awalnya tidak banyak yang mengetahui keberadaan pantai cantik ini. Pantai ini hanya digunakan sebagai tempat transit nelayan-nelayan yang berasal dari Desa Tanjung Luar.

Selain keindahan pantainya, di kawasan ini juga terdapat goa bersejarah peninggalan Jepang. Konon kabarnya di tempat ini dulunya tempat pernah digunakan sebagai barak tentara Jepang ketika mendarat di Lombok pada tahun 1942. Selain untuk tempat persembunyian, goa ini menjadi tempat untuk mengintai musuh (sekutu) karena letaknya yang strategis dan menghadap pantai.

Pantai Pink memiliki daya tarik tersendiri karena kekhasan warna pasirnya. Warna pink terbentuk karena butir-butir asli warna putih pasir bercampur dengan serpihan karang merah muda. Bias sinar matahari dan terpaan air laut menambah semakin jelas terlihat warna pink pantai tersebut.

Wisata alam Lombok "Pantai Pink"
Tak kalah menariknya pada pantai ini dikelilingi tebing-tebing. Dari atas tebing, wisatawan dapat menikmati panorama alam seiring dengan embusan angin laut. Suara ombak sangat mengesankan membuat terpukau yang menikmatinya.

Namun sayang kondisi infrastruktur jalan menuju Pantai Pink itu sangat rusak parah. Belum lagi tidak ada fasilitas umum yang memadai, seperti toilet, tempat ibadah serta transportasi umum ke pantai yang belum tersedia. Sebaiknya wisatawan menggunakan kendaraan sendiri dan membawa bekal sendiri karena di sana tidak ada warung.

Meski jalan menuju pantai ini terbilang buruk, namun jangan khawatir rasa lelah di jalan akan terbayarkan jika Anda telah sampai di Pantai Pink. Pemandangan indahnya seakan-akan menghapus rasa lelah Anda, pun dengan deru ombak kecilnya yang dapat menenangkan hati dan pikiran. Mata Anda akan terbelalak karena melihat hamparan pasir pink dan laut hijau kebiruan yang terhampar di Pantai Tangsi.
Pantai Pink  memiliki arus yang cukup tenang dengan deburan ombak yang sangat kecil, sehingga asik untuk bermain - main dan tidak membahayakan. Jika sempat bersnorkeling, maka anda akan dibuat takjub oleh terumbu terumbu karangnya yang sangat indah. Walaupun sebagian titik terumbu terumbu karang yang terlihat hanya berupa sisa sisa terumbu karang yang sudah hancur oleh jangkar - jangkar perahu para Nelayan. 
Panorama Alam Lombok "Pantai Pink"
 Untuk mencapai lokasi Pantai Tangsi / Pantai Pink membutuhkan waktu dua jam dari Kota Mataram, jarak yang lumayan jauh. Rutenya sama persis dengan Rute menuju Tanjung Ringgit, karena memang lokasi keduanya berdekatan. Hanya saja Pintu masuk Pantai Tangsi berada di sebelah kiri, sekitar 1 KM sebelum Tanjung Ringgit. Nah di Pintu masuknya itu ada petunjuk/ rambu kecil disebelah kiri jalan bertuliskan “Pantai PINK 50 meter”.